Rachmad Resmiyanto
(Jawaban atas pertanyaan Syahrul Fatriansah)
SEORANG ANAK MUDA menulis sebuah kolom dalam papan hijau js dengan penuh semangat. Ia mempertanyakan kembali sebuah kegiatan yang sudah menjadi trade mark atau apapun lah dalam js ini yaitu rdk.
Namun, berbekal semangat saja tidaklah cukup untuk bisa membangun sebuah opini yang berkehendak untuk mencoba mengkritisi satu ritus tradisi. Sayang, tulisan kritisnya masih harus dipangkas di beberapa tempat dan untuk beberapa hal juga perlu dikritisi balik. Pengkritisan ini menjadi keharusan manakala pengayaan opini beliau merupakan sebuah kebutuhan. Bukan hanya dia tapi juga seluruh jsian.
Membaca tulisan Syahrul saya menangkap adanya sebuah kerinduan dari seorang mantan ketua sc rdk yang menginginkan rdk tahun ini berbeda –dalam imaji saya lebih baik. Sekalipun demikian, kerinduan yang mengebu ini masih saja disertai harap-harap cemas dan penuh dengan kekhawatiran. Perasaan ini dapat dimaklumi sebab ia memang tidak banyak tahu tentang perkembangan rdk mulai dari benih sampai tumbuh menjadi tubuh seperti sekarang.
Andaikan sejarah js adalah prosa yang terdiri dari episode, maka cerita rdk merupakan episode istimewa. Betapa tidak ? setiap tahun rdk merupakan bagian integral dan selalu menyita energi besar dari js. Wajar, jika kemudian energi sitaan ini mengejawantah menjadi energi potensial yang efek ledakannya dapat kita rasakan.
Mungkin karena rutin tahunan inilah yang menyebabkan rdk merupakan tradisi js. Dan ini adalah cerita klise. Dengan demikian maka sebenarnya js dengan rangkaian sejarah panjanganya hanyalah tidak lebih dari sekedar prosa lama yang usang. Apalagi didukung bahwa tak satupun jsian yang sanggup menulis kembali sejarah js. Bahkan yang lebih mengerikan, tanggal lahir js saja sampai sekarang masih merupakan misteri gaib yang belum berhasil disingkap. Begitupun dengan nama-nama pendiri yang selanjutnya menulis cerita js dalam sejarah sampai sekarang masih simpang siur. Sehingga dapat dikatakan cerita js sebagai sebuah sejarah ditulis oleh anonim. Satu lagi yang menguatkan, cerita keperkasaan js selalu gelanggang sentris. Berarti lengkap sudah ciri prosa lama terpenuhi.
Namun demikian untuk melihat rdk sebagai sebuah episode klise atau bukan tidak cukup hanya dengan menggunakan optik hitam putih. Pandangan oposisi biner tidak banyak bermanfaat di sini kecuali menyempitkan saja. Cara seperti ini memang akan menghasilkan satu ksimpulan yaitu rdk adalah tradisi.
Tradisi, sebagaimana dikutip Syahrul dari Gidden merupakan perilaku bersama yang dilakukan berulang-ulang dan tidak lagi dipertanyakan kebenarannya. Definisi ini sebenarnya tidak pas jika digunakan sebagai titik tolak untuk mengatakan bahwa rdk merupakan tradisi. Sebab definisi ini masih menyisakan pertanyaan : kebenaran yang bagaiamanakah yang tidak dipertanyakan ? Terlebih muatan tema setiap rdk selalu saja berbeda. Artinya di sana terjadi sebuah proses di mana analisis soasial sangat menentukan pilihan tema rdk. Tema inilah yang kemudian akan diturunkan dan diartikulasikan dalam bidang dan jenis kegiatan. Akiabtnya dapat diduga: gebyar rdk setiap tahun selalu berbeda.
Jika titik tolak yang digunakan untuk mengatakan rdk adalah tradisi, semata-mata berdasar pada rutinitas saja, maka ini menunjukkan betapa dangkal asumsi pernyataan tersebut. Sebab asumsi yang sama dapat digunakan untuk mempertanyakan seluruh kegiatan, perlengkapan kepengurusan, bahkan acara terbesar Majalis Permusyawaratan akbar yaitu Musyawarah akbar yang hasilnya itu-itu saja padahal memakan dana besar. Jangan-jangan asumsi yang sama bisa juga dipakai untuk mempertanyakan kenapa js setiap tahun masih ada?
Meminjam kalimatnya syahrul, apakah sebenarnya kita masih membutuhkan js? Kalau demikian halnya, maka sesungguhnya buka hanya rdk namun seluruh himpunan yang ada di js merupakan tradisi. Bahkan js itu sendiri merupakan tradisi !
Dualisme SC-OC
Syahrul menyadari bahwa ia sendiri tak paham dari mana asal usul pemilahan sc dan oc. Bahkan lebih lanjut ia mengatakan bahwa pemilahan tersebut merupakan tradisi. Sebentar lagi kita akan melihat betapa sempit dan kelirunya pernyataan ini. Yang mengherankan saya, dalam tulisan itu sayharul langsung masuk begitu saja ke wilayah relasi sc-oc. Padahal relasi sc-oc, dalam hal ini rdk, merupakan sebuah produk hukum. Sehiungga mau tidak mau sebelum masuk ke wailayah ini, kita harus melihat payung hukum yang mengijinkan kenapa relasi itu yang kita pakai.
Produk hukum yang dimaksud adalah sk ketua js. Dari sinilah kita bisa melacak kenapa relasi sc-oc antara tahun 1423 dan 1424 harus berbeda.
Hamdan nur kasturo ( mantan ketua sc 1423) mengatakan bahwa tahun kemarin batas antara sc dan oc sangat tipis. Meskipun sc sudah berjuang dalam menyusun konsep rdk sebelum oc terbentuk, namun selama rdk berlangsung sc masih harus mengawal dan terlibat secara aktif di rdk. Maka distribusi kekuasaan sc-oc agak sedikit ruwet. Permasalahan yang dihadapi selalu diselesaikan bersama.
Pada masa itu mungkin sc rdk seperti cahaya dalam cara pandang Mekanika kuantum yang memberi kita simpulan setiap objek menampilkan sifat yang kita amati. Sc akan kelihatan sbagi panitia pengarah jika kita amati ia sebagai panitia pengarah dan berujud oc bila kita mengamatinya sebagai panitia pelaksnaa. Kenapa ini yang menjadi pilihan? Sebab sk ketua js saat itu (hafidh zaini) memang menghendaki demikian.
Berbeda dengan sekarang. Kalau kemarin sc terlibat aktif maka sc sekarang terlibat pasif di rdk. Sebab begitu konsep rdk selesai, disana terjadi penyerahan konsep dari sc kepada oc. Begitu konsep ini diserahkan maka peran sc ssudah selesai. Selanjutnya dalam rdk, sc tidak bersifat aktif, tetapi bersifat pasif. Seluruh kewenangan ada di oc. Apakah konsep mau dirombak total atau mau dijalankan total, sepenuhnya kwenangan ada di oc. Keterlibatan sc di sini ada hanya jika oc memanggil sc itupun sebatas memberikan penjelasan dan bukan untuk memaksakan konsepnya.
Dus, dengan demikian maka sebnearnya apa yang dipaparkan syahrul dalam tulisannya itu sebenarnya sudah ketinggalan jaman. Sk ketua js sudha turun dan ini artinya relasi sc-oc sudah terbentuk. Tulisan syahrul tidak akan sia-sia dan muspro jika saja ia menulisnya di awal sebelum 1 juli, saat sejarah rdk 24 mulai terbit.
Berbeda dengan syahrul yang sampai detik ini masih percaya bahwa kmajuan biasanya didahului dengan imajinasi, maka saya sampai detik ini masih percaya bahw a kemajuan yang berupa rekayasa sosial selalu didahului dengan cara berpikir yang benar dan bukan dengan melakukan intelectual cul de sacs, jadi lebih dari sekedar imajinasi.
Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan cerita dari kang jalal. Ada cerita dalam sejarah islam: karena baula (kencing) maka berubahlah sebuah daula (negara). Bagaimana sebuah kencing mengubah sejarah? Ceritanya panjang. Karena kencing seseorang akhirnya terjadilah perubahan besar dalam sejarah umat islam. Selamat merenung!
Jumat legi, 12 sept 2003
H minus 45 rdk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar