Sabtu, April 11, 2009

PT Jama'ah Shalahuddin Tbk

Rachmad Resmiyanto
19 Januari 2006

Saya merasa perlunya sebuah modus telisik baru untuk menjelaskan dan mengurai persoalan demi persoalan di Jama’ah Shalahuddin (JS). Dalam pandangan saya, setidaknya untuk saat ini, barangkali apa yang termaktub dalam judul di atas itulah yang bisa mewujudkan angan saya. Kesangkilan (padan kata: keefisienan, berhasil guna) kita mengurai persoalan pada gilirannya akan membuka katub-katub penyelesaian yang selama ini mungkin tersumbat rapat.

Untuk itu saya mengandaikan JS laksana sebuah perusahaan publik, PT Jama’ah Shalahuddin Tbk (PT JS), bukan perusahaan perseorangan atau perusahaan dinasti. Dalam sebuah perusahaan publik, siapapun (anda dan tentu juga saya) atau kelompok usaha siapapun (Siapapun Grup) tetap berhak untuk menguasai JS. Namun, harus diingat bahwa JS adalah perusahaan publik. Dengan mengabaikan risiko pasar sehingga hanya ada risiko tak sistematik, siapapun menyadari bahwa jika manajemennya buruk, maka nilai perusahaan di pasar akan hancur. Pada aras ini, bisa dipastikan tidak akan ada investor (mahasiswa belia yang menyimpan potensi tenaga) yang tertarik untuk menumbuhkembangkan modalnya di PT JS.

Sebagai sebuah perusahaan publik, nilai PT JS sangat bergantung pada data historis nilai yang lalu, informasi yang dipublikasikan maupun informasi privat. Dengan kata lain, setiap saat informasi-informasi apapun akan menggempur nilai PT JS. Gempuran informasi dari berbagai sektor ini pada akhirnya akan membuat PT JS bergerak dengan berbagai cara. Inilah yang dikenal sebagai hipotesis pasar efisien dalam teori keuangan.

Data historis yang lalu, dalam domain insider, tercermin pada prestasi-prestasi tahun
lalu sebagai ukuran. Bisa dipahami jika tahun lalu RDK hanya 11 kegiatan, tahun sekarang kemungkinan besar juga sama atau bahkan hanya 10. Dalam domain pemain pasar, data historis dimaknai sebagai nilai PT JS yang lalu. Artinya, pemain pasar akan menebak nilai PT JS sekarang dengan mendasarkan pada nilai PT JS kemarin, karena ini merupakan implikasi pasar efisien. Bagi investor, nilai intrinsik (baca: kualitas) PT JS mendatang hanya ditentukan oleh nilainya sekarang. Tak peduli dengan nilai-nilai yang lampu. Dalam telaah proses stokastik, ini dikenal sebagai proses martinggil. Sedangkan informasi publik dan privat yang datangnya cenderung secara acak (tidak pasti) mengakibatkan bahwa nilai PT JS bergerak secara acak. Gejala ini dikenal sebagai random walk.

Hipotesis ini memberikan petunjuk kepada kita bahwa nilai PT JS (dalam hal ini harga
sahamnya) hanya ditentukan oleh 3 penanda: data historis nilai yang lalu, informasi publik dan informasi privat. Jika ketiga penanda tersebut cenderung untuk melemahkan nilai PT JS dalam jangka yang relatif panjang, maka siap-siap saja pada suatu ketika nanti PT JS akan didelisting (dihapus dari peredaran) dari bursa efek (barangkali peradaban). Maka inilah tragedi itu! Apalagi kita akan segera menapaki belantara pasar bebas dimana bahasa kemenangan diukur oleh bahasa produk, kemurahan harga, ketepatan waktu distribusi, pelayanan purna jual dan parameter-parameter ekonomi lain yang mencerminkan kekuatan daya saing.

Dalam pasar bebas, hukum laisez faire berlaku. Di sana akan bekerja tangan-tangan gaib (the invisible hands) yang akan terus menyetimbangkan pasar. Mempertimbangkan kondisi PT JS yang terus seperti ini, saya rasa PT JS tidak akan sanggup bertahan dalam permainan pasar yang sudah sedemikian menggila. Lihat saja, pangsa pasar kita dalam waktu dekat pasti akan beralih ke Saphir Square atau Ambarukmo Plaza. Tidak ada keunggulan komparatif yang kita punya, apalagi keunggulan kompetitif untuk mengatasi itu semua. Barangkali, di sinilah koordinat titik tekan tulisan ini.

Catatan:
  1. Istilah laisez faire ini berasal dari Francois Quesnay, tokoh merkantilisme, atas saran dari Legendre, nama yang lekatdengan polinomial Legendre dalam fisika matematis dan transformasi Legendre dalam termodinamika.
  2. The invisible hands merupakan ciri dari gagasan Adam Smith. Gagasan ini berakar dalam konsep fisika self-organized. Gagasan serupa diadopsi dalam dialektika Hegel dan Mark serta Deklarasi Kemerdekaan AS dalam terma check and balance.

Tidak ada komentar: